Beberapa band mungkin hanya mencari-cari alasan ketika mengatakan perbedaan visi musikal jadi penyebab mundurnya salah seorang personel mereka. Tapi tidak bagi Bangkutaman, band yang lahir dan besar di Yogyakarta padahal berisi orang-orang dari Jabodetabek. Ketika pemain gitar Justinus Irwin hengkang di tahun 2005 hingga akhirnya mendirikan Johnny and The Pistol Heroes, saat itu dia sedang menggandrungi Jimmy Page, pemain gitar dari Led Zeppelin.
Pemain bas Wahyu ‘Acum’ Nugroho sedang menelusuri jejak-jejak The Byrds. Padahal mereka berangkat dari kecintaan pada satu band: The Stone Roses. Karena sama-sama menggilai band itu, Bangkutaman terbentuk. Ironisnya, karena interpretasi Irwin akan akar pengaruh The Stone Roses berbeda dengan interpretasi Acum dan mereka tak bisa menemukan jalan tengah dari hasil penelusuran itu, karier musikal Bangkutaman sempat terhambat.
Pemain drum Dedyk Eriyanto Nugroho yang cenderung lebih menerima akhirnya melanjutkan Bangkutaman dengan Acum sambil berkali-kali tampil—formasi ini sering dijuluki sebagai Bangkutaman KW, atau Bangkutaman Perjuangan—dengan pemain gitar yang lain. Selain sisi musikal, faktor Dedyk dan Acum yang kembali ke Jakarta untuk bekerja jadi salah satu alasan yang dianggap kuat oleh Irwin untuk mengundurkan diri.
“Waktu gue main di Johnny and The Pistol Heroes, kan gue benar-benar
take control. Beda ya kalau gue nggak ngomong sama Acum dan Dedyk. Meskipun ego gue lepas, tapi gue sulit mengatur juga, karena harus mengajari orang,” kata Irwin.
Kerinduan pada Bangkutaman ternyata datang bersamaan dengan timbulnya keinginan Irwin untuk bekerja di Jakarta. Dan ketika akhirnya pekerjaan itu didapat, Irwin memutuskan untuk kembali ke Bangkutaman, karena untuk mendirikan band dan membangun lagi dari awal tentu akan lebih merepotkan. Lagipula, pada saat itu Irwin sudah lupa apa yang membuat dia begitu kesal pada Acum.
Formasi klasik itu mulai tampil kembali di sebuah event bernama
We Are Pop! pada tahun 2008. Untuk perbedaan referensi musikal, setelah terbuka hatinya akhirnya Irwin dan Acum bisa menemukan irisan di mana kecintaan pada Led Zeppelin versi Irwin dan kecintaan Acum pada The Byrds, Bob Dylan serta musik-musik folk itu bisa bertemu: di musik The Velvet Underground. “Skill berkembang dan ego menurun,” kata Acum soal pendewasaan di antara mereka berdua.
Berhasilnya Acum dan Irwin mempertemukan referensi musikal kemudian berpengaruh pada aransemen musik Bangkutaman. Kini mereka bukan lagi band yang hanya memuja dan ingin identik dengan The Stone Roses. “Gaya bernyanyi gue di album ini juga nggak seperti Ian Brown, gue sudah berani ambil nada-nada tinggi. Bahkan ada [lagu di mana] gue nyanyi seperti Lou Reed!” kata Acum.
Bangkutaman mengatakan album
Ode Buat Kota sebagai album paling riil mereka, karena tema yang diangkat berasal dari persoalan yang me-reka temui sehari-hari, berbeda dengan ketika mereka masih di Yogyakarta di mana belum ada beban sehingga mengumbar suasana yang mengawang-awang.
Di
sleeve note yang ada di album, Anda bisa membaca deskripsi dengan detail dari mana inspirasi serta kisah setiap lagu: beberapa persoalan yang mereka angkat mungkin Anda alami juga. Hingga tulisan ini dibuat, selain
Ode Buat Kota (2010) album-album yang sudah dihasilkan Bangkutaman adalah:
Bangkutaman singles (1999),
Fantasi EP (2001),
Love Among the Ruins (2003),
Simplicity a Blossom Compilation (2003), dan
Garage of the Soul EP (2005).
“Kalau buat gue,
Ode Buat Kota adalah album Bangkutaman yang lepas landas. Sudah nggak ada perasaan takut,” kata Acum.
“Ketika di panggung, orang sering minta lagu Stone Roses. Kenapa nggak lagu gue yang diminta? Kadang sempat berpikir begitu,” kata Irwin.
Walau begitu, Irwin sempat merasa khawatir akan ditinggalkan penggemar Bangkutaman karena pengaruh Stone Roses di album ini perlahan mulai tak terlalu kental. Tapi kekhawatiran mereka sirna ketika reaksi positif dilontarkan orang-orang soal album ini.
“Di album ini, gue malah lupa kalau Bangkutaman pernah dapat pengaruh Stone Roses, karena permainan gue sudah berubah banget. Jadi setelah gue dengar semua materi dulu, gua nggak kenal sama band ini,” kata Dedyk sambil tertawa.
“Dari Stone Roses, kami sudah dapat yang kami mau, ya sudah. Kami nggak mau dikenal sebagai
tribute band terus, kami ingin dikenal sebagai Bangkutaman,” kata Acum.